Jumat, 01 Januari 2016

Budaya Indonesia Berdoa Bersama Sebelum Melaksanakan Ujian Nasional




                Dari gambar diatas adalah tetang kebudayaan masyarakat Indonesia yang mengadakan acara berdoa bersama ditingkat sekolah akhir. Dan biasanya budaya ini terjadi dilaksanakan sebelum semua anak murid SMP/SMA menjalani Ujian Nasional (UN). Kegiatan  ini memang sudah menjadi kebiasaan dari seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Dari kegiatan ini kita bisa mengambil banyak pelajaran, yaitu: 
  1. Adanya pendekatan religius antara manusia dengan penciptanya
  2. Bisa berdoa dengan secara hikmat dan bersungguh-sungguh
  3. Terjalinnya silahturahim antar sesama guru dan murid
  4.  Mempererat tali persaudaraan antar teman
  5. Saling mendoakan satu sama lain
  6. Dan bisa menenangkan jiwa .


Selain itu kegitan ini memang sudah menjadi kebudayaan dari setiap sekolah di Indonesia karena kegiatan ini memang sering dilaksanakan disetiap sekolah disaat menjelang Ujian Nasional (UN). Karna didalam kegiatan ini kita memohon kepada Allah SWT agar semua murid yang melaksanakan Ujian Nasional mendapatkan hasil yang bagus. Dan juga kegiatan ini bisa mendekatkan diri kepada sang pencipta alam semesta.
Tak jarang kegiatan ini diakhiri dengan tangis-tangisan yang sangat menguras energi dan mengaduk-aduk emosi siswa . Bahkan, bukan hal yang aneh jika para siswa yang sebenarnya secara psikis sudah tegang dan nervous menghadapi UN, saat melihat temannya menangis, ia pun ikut terbawa emosi dan menangis pula.
Sebenarnya, apa maksud sekolah mengadakan doa bersama, perenungan atau istighosah? yaitu ingin membekali siswa dengan kekuatan spiritual, berupa munajat dan permohonan yang sungguh-sungguh kepada Sang Maha Kuasa, sembari memasrahkan diri sepenuhnya pada kehendak Yang Memberi Hidup, setelah sebagai manusia biasa merasa maksimal dalam berupaya. Kalau maksudnya demikian, maka tujuannya pun pastilah memberikan rasa percaya diri pada siswa, bahwa setelah sekian lama berusaha keras dan kini meminta bantuan Allah, maka besok saat UN mereka tak lagi terbebani apapun, selain percaya bahwa Allah akan memberikan jalan yang terbaik.
Dimana siswa diajak untuk berintrospeksi atas segala perbuatan mereka selama ini, baik di sekolah, interaksi dengan guru dan teman-teman, maupun di rumah berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan rumah. Dalam perenungan itu mereka diajak kilas balik kesalahan-kesalahan yang pernah mereka lakukan, dosa-dosa yang sudah mereka perbuat. siswa diingatkan betapa malasnya mereka belajar selama ini, betapa bandelnya mereka di sekolah, betapa nakalnya mereka tak menghiraukan ajaran guru, betapa jahilnya mereka pada teman-temannya, dan banyak lagi kenakalan khas anak sekolah. Anak-anak itu juga diajak merenungi betapa besarnya dosa-dosa mereka pada kedua orang tuanya, suka melawan saat disuruh belajar, suka membohongi orang tua hanya untuk hang out dengan teman-teman, suka menyusahkan orang tua, sementara belum tentu mereka mampu membahagiakan orang tua dengan hasil UN yang membanggakan.
Jika maksudnya untuk membekali siswa dengan kepercayaan diri dan kemantapan dalam melangkah dan tujuannya untuk mengajak siswa “sadar diri” akan perilakunya dan memperbaiki diri, tentu ini aktivitas yang sangat terpuji dan perlu sekali dilakukan oleh sekolah, bersama siswa. Alangkah baiknya jika kegiatan seperti ini dilaksanakan 2 – 3 bulan sebelum UN. Semua siswa diajak serta, berikan sentuhan dan stimulus khusus pada siswa-siswa yang bandel dan biang keributan di sekolah. Upayakan hati mereka juga tersentuh, mau introspeksi diri sampai timbul penyesalan. Karena hanya dengan penyesalan itulah mereka bisa diajak untuk memperbaiki diri, beralih dari perilaku dan aktivitasnya yang kurang berguna selama ini, kemudian diajak untuk memanfaatkan sebaik-baiknya waktu tersisa untuk menebus segala keslahannya selama ini.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar