Dari gambar
diatas adalah tetang kebudayaan masyarakat Indonesia yang mengadakan acara
berdoa bersama ditingkat sekolah akhir. Dan biasanya budaya ini terjadi dilaksanakan
sebelum semua anak murid SMP/SMA menjalani Ujian Nasional (UN). Kegiatan ini memang sudah menjadi kebiasaan dari
seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Dari kegiatan ini kita bisa mengambil
banyak pelajaran, yaitu:
- Adanya pendekatan religius antara manusia dengan penciptanya
- Bisa berdoa dengan secara hikmat dan bersungguh-sungguh
- Terjalinnya silahturahim antar sesama guru dan murid
- Mempererat tali persaudaraan antar teman
- Saling mendoakan satu sama lain
- Dan bisa menenangkan jiwa .
Selain itu kegitan ini memang
sudah menjadi kebudayaan dari setiap sekolah di Indonesia karena kegiatan ini memang
sering dilaksanakan disetiap sekolah disaat menjelang Ujian Nasional (UN). Karna
didalam kegiatan ini kita memohon kepada Allah SWT agar semua murid yang melaksanakan
Ujian Nasional mendapatkan hasil yang bagus. Dan juga kegiatan ini bisa
mendekatkan diri kepada sang pencipta alam semesta.
Tak jarang kegiatan ini diakhiri dengan
tangis-tangisan yang sangat menguras energi dan mengaduk-aduk emosi siswa .
Bahkan, bukan hal yang aneh jika para siswa yang sebenarnya secara psikis sudah
tegang dan nervous menghadapi UN, saat melihat temannya menangis, ia pun ikut
terbawa emosi dan menangis pula.
Sebenarnya, apa maksud sekolah mengadakan doa
bersama, perenungan atau istighosah? yaitu ingin membekali siswa dengan
kekuatan spiritual, berupa munajat dan permohonan yang sungguh-sungguh kepada
Sang Maha Kuasa, sembari memasrahkan diri sepenuhnya pada kehendak Yang Memberi
Hidup, setelah sebagai manusia biasa merasa maksimal dalam berupaya. Kalau
maksudnya demikian, maka tujuannya pun pastilah memberikan rasa percaya diri
pada siswa, bahwa setelah sekian lama berusaha keras dan kini meminta bantuan
Allah, maka besok saat UN mereka tak lagi terbebani apapun, selain percaya
bahwa Allah akan memberikan jalan yang terbaik.
Dimana siswa diajak untuk berintrospeksi atas
segala perbuatan mereka selama ini, baik di sekolah, interaksi dengan guru dan
teman-teman, maupun di rumah berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan rumah.
Dalam perenungan itu mereka diajak kilas balik kesalahan-kesalahan yang pernah
mereka lakukan, dosa-dosa yang sudah mereka perbuat. siswa diingatkan
betapa malasnya mereka belajar selama ini, betapa bandelnya mereka di sekolah,
betapa nakalnya mereka tak menghiraukan ajaran guru, betapa jahilnya mereka
pada teman-temannya, dan banyak lagi kenakalan khas anak sekolah. Anak-anak itu
juga diajak merenungi betapa besarnya dosa-dosa mereka pada kedua orang tuanya,
suka melawan saat disuruh belajar, suka membohongi orang tua hanya untuk hang
out dengan teman-teman, suka menyusahkan orang tua, sementara belum tentu
mereka mampu membahagiakan orang tua dengan hasil UN yang membanggakan.
Jika maksudnya untuk membekali siswa dengan
kepercayaan diri dan kemantapan dalam melangkah dan tujuannya untuk mengajak
siswa “sadar diri” akan perilakunya dan memperbaiki diri, tentu ini aktivitas
yang sangat terpuji dan perlu sekali dilakukan oleh sekolah, bersama siswa. Alangkah
baiknya jika kegiatan seperti ini dilaksanakan 2 – 3 bulan sebelum UN. Semua
siswa diajak serta, berikan sentuhan dan stimulus khusus pada siswa-siswa yang
bandel dan biang keributan di sekolah. Upayakan hati mereka juga tersentuh, mau
introspeksi diri sampai timbul penyesalan. Karena hanya dengan penyesalan
itulah mereka bisa diajak untuk memperbaiki diri, beralih dari perilaku dan
aktivitasnya yang kurang berguna selama ini, kemudian diajak untuk memanfaatkan
sebaik-baiknya waktu tersisa untuk menebus segala keslahannya selama ini.